Praktek Manajemen Laba (Earning Management)


Laporan Keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pentingnya laporan keuangan juga diungkapkan bahwa laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik. Salah satu parameter penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang, yang salah satu bentuknya adalah earnings management.

Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham dan debtholders, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka sendiri. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah-masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemegang saham dengan manajemen perusahan.

Parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor dari laporan keuangan adalah laba dan arus kas. Pada saat dihadapkan pada dua ukuran kinerja akuntansi keuangan tersebut, investor dan kreditor harus yakin bahwa ukuran kinerja yang menjadi fokus perhatian mereka adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan serta prospek pertumbuhan dimasa depan dengan lebih baik. Oleh karena itu, selain kedua ukuran kinerja tersebut investor dan kreditor juga perlu mempertimbangkan karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang berbeda-beda antar perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua perusahaan.

Corporate governance merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan sebagai suatu alat yang bisa memecahkan masalah dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban perusahaan modern. Corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang digunakan untuk membatasi timbulnya masalah keagenan. Dengan informasi yang dimiliki, pengelola bisa bertindak yang hanya menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik. Hal ini mungkin terjadi karena pengelola mempunyai informasi mengenai perusahaan, yang tidak dimiliki pemilik perusahaan (assymmetric information).

Corporate governance diperlukan untuk mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar bertindak tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan pemilik perusahaan, atau dengan kata lain untuk menyamakan kepentingan antara pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan. Kepentingan utama pemilik dana adalah return yang memadai atas dana yang ditanamkan. Pengelola akan mengutamakan kepentingan pemilik apabila aktivitas yang dilakukan dan keputusan yang diambil ditujukan untuk meningkatkan nilai perusahaan, hal ini berarti juga akan meningkatkan kekayaan pemilik.

Good Corporate Governance secara difinitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua pemegang saham. Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance ini, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Prinsip good corporate governance yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.

Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir tentang manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan utulitasnya dalam kompensasi, kontrak, dan kos politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak. Earnings management sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan memperoleh beberapa kebutuhan pribadi. Earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholder tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan.

Ada tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer dalam melakukan manajemen laba meliputi: minimalisasi biaya politik (political cost minimization), maksimalisasi kesejahteraan manager (manager wealth maximization), dan minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing cost). Berbagai bentuk manajemen laba seperti taking a bath, perataan laba (income smoothing), maksimalisasi atau minimalisasi pendapatan dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam standar akuntansi seperti penerapan kebijakan akuntansi atau pemilihan metode akuntansi yang digunakan. Adanya kemungkinan manipulasi ini karena adanya fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP dan karena sulit untuk menekankan pelaporan keuangan yang fleksibel.

MANAJEMEN LABA

Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang. Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan.

Definisi earnings management menjadi dua, yaitu:

1. Definisi sempit. Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.

2. Definisi luas. Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA MANAJEMEN LABA

Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktek manajemen laba yaitu:

1. Manajemen Akrual (accruals management). Faktor ini biasanya berkaitan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer (managers discretion).

2. Penerapan Suatu Kebijaksanaan Akuntansi yang Wajib. Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan yaitu antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut.

3. Perubahan Aktiva Secara Sukarela. Faktor ini biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (Generally Accepted Accounting Principles).


MOTIVASI MANAJEMEN LABA

Faktor-faktor yang memotivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut:

1. Alasan Bonus (bonus scheme). Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka.

2. Kontrak Hutang Jangka Panjang. Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggan hutang, manajemen akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat ‘memindahkan’ laba periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical defauld (kegagalan dalam pelunasan hutang).

3. Motivasi Politis (political motivation). Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.

4. Motivasi Pajak (taxation motivation). Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan rekayasa laba adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan landasan untuk mengambil keputusan, menyusun kontrak maupun penilaian kinerja suatu manajer.

5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer). Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya, CEO yang mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.

6. IPO (Initial Public Offering). Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dipasar modal belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga lebih tinggi atas sahamnya.


POLA MANAJEMEN LABA

Pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:

1. Taking a Bath. Hal ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi, termasuk adanya pergantian CEO baru. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian, maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer lama.

2. Income Minimization. Cara ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income Maximization. Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang.

4. Income Smoothing. Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.


KAJIAN PENELITIAN

Dengan membagi sampel penelitian kedalam dua kelompok, yaitu kelompok yang memiliki tingkat akrual diskresioner tinggi dan kelompok yang memiliki tingkat akrual diskresioner rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan mandat yang jelas untuk pengawasan (oversight) dan pemonitoran pelaporan keuangan, proporsi anggota luar (yang bukan anggota manajemen perusahaan) yang tinggi, atau paling tidak memiliki satu pakar keuangan, secara signifikan mengurangi tindakan manajemen laba pada perusahaan tersebut. Penelitian juga menemukan bahwa komite audit yang melakukan rapat lebih dari dua kali tiap tahun memiliki besaran manajemen laba yang rendah.

Penelitian pada 692 perusahaan besar di Amerika Serikat yang diperdagangkan secara publik dan terdaftar dalam S&P 500 31 maret 1992 dan 1993 dengan mengadakan pertemuan tahunan shareholder antara 1 juli 1991 dan 30 juni 1993. hasil studi ini pada akhirnya memberikan suatu kesimpulan bahwa perilaku earnings manipulation yang dilakukan oleh manajemen perusahaan sangat tergantung dengan karakteristik dewan direksi dan jumlah komite audit yang dimiliki oleh perusahaan.

Penelitian mengenai pengaruh praktik-praktik corporate governance pada 34 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Jakarta terhadap manajemen laba yang diatur melalui akrual diskresioner. Penelitian ini berhasil menemukan bahwa salah satu mekanisme corporate governance yaitu, kualitas hubungan perusahaan dengan stakeholder berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba.

Pegaruh proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit terhadap manajemen laba, menunjukkan bahwa (a) Proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit berpengaruh dengan arah negatif secara signifikan dengan aktivitas manajemen laba, ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit mampu megurangi aktivitas manajemen; (b) Pengaruh dari kepemilikan manajerial dan institusional terhadap aktivitas manajemen laba secara statistis dapat didukung namun dengan arah positif bukan negatif; (c) Variabel auditor terbukti secara signifikan dapat mengurangi aktivitas manajemen laba, dan (d) variabel laverage mempunyai pengaruh dengan arah positif dan signifikan dengan aktivitas manajemen laba.

Prediksi adanya interaksi antara pangsa pasar, kepemilikan institusional dan laverage dengan manajemen laba. Penelitian tersebut megobservasi 81 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2000. Hasil penelitian tersebut secara empiris menunjukkan pangsa pasar saja yang berpengaruh terhadap manajemen laba.

Pengaruh reputasi auditor, jumlah karyawan direksi, leverage, dan persentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO terhadap earnings management. Hasil penelitian menunjukkan hanya laverage yang berpengaruh signifikan terhadap earnings management.

Penelitian menguji pengaruh dari mekanisme corporate governance seperti yang disyaratkan oleh Bapepem dalam Bursa Efek Jakarta. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta di tahun 2002-2004 sebesar 44 perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komite audit dan kepemilikan institusional dapat berperan sebagai mekanisme good corporate governance dalam membatasi manajemen laba. Sedangkan untuk kepemilikan manajerial dan komisaris independen tidak mampu menjadi mekanisme good corporate governance. Hasil lainnya menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi yang lebih sedikit dapat menciptakan mekanisme good corporate governance yang lebih baik.

Penelitian pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan CEO. Hasil penelitiannya menunjukkan (1) Kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme corporate governance pada perusahaan Seasoned Equity Offering (SEO), karena hubungan antara kepemilikan manajer dengan manajemen laba berhasil diterima yaitu bahwa manajemen laba yang dilakukan pada periode sebelum Seasoned Equity Offering (SEO) mempunyai hubungan negatif dengan kepemilikan manajerial. Semakin tinggi saham yang dimiliki oleh manajemen semakin rendah tingkat manajemen laba yang mungkin dilakukan; (2) Earnings management mempunyai hubungan negatif dengan kepemilikan institusional, bahwa kepemilikan saham oleh intitusi dapat menjadi kendala bagi perilaku opportunistic manajer yang memanfaatkan earnings management untuk kepentingan pribadinya.

Pengaruh manajemen laba terhadap return saham perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel aliran kas operasi, akrual diskresioner, akrual non diskresioner dan interaksi antar variabel akrual diskresioner dengan KAP non Big- 5 secara statistik berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Sandra (2004) menemukan bahwa audit laporan keuangan tidak untuk mendeteksi terjadinya manajemen laba, tetapi audit dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.

Ardiati, Aloysia Yanti, 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5 dan KAP non Big 5, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 8 No. 3, September 2005.

Ariyoto, Kresnohadi, dkk, 2000, “Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan Lingkungan Usahanya,” Usahawan, Oktober, No. 10 Tahun XXIX.

Boediono, 2005, “Kualitas Laba Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur,” Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005, Solo.

Choutrou S. Marrakchi, Jean Bedard, and Lucie Courteau, 2001, “Corporate Governance and Earnings Management,” National Bereau of Economic Research, Working Paper.

Daniati, Ninna, Suhairi, 2006, Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX, 2006, Padang.

Darmawati, Deni, 2003, Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu Studi Empiris, Jurnal Bisnis dan Akuntansi vol. 5 No. 1, April 2003.

Faisal, 2004, Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance, Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember 2004, Denpasar.

Fidyati, Nisa, 2004, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Seasoned Equity Offering (SEO). Kompetensi, Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntasi Vol. 2 No. 2. Juni 2004.

Gumanti, Tatang Ary, 2000, “Earnings Management : Suatu Telaah Pustaka,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, November, Vol. 2 No. 2.

Healy, P. M. dan J. M. Wahlen, 1998, “A Review of The Earnings Management Literature and Its Implication for Standard Setting,” Working Paper.

Jensen, M. C. and W. H. Meckling, 1976, “The Theory of The Firm : Manajerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure,” Journal of Financial and Economics, 3 : 305-360.

Klien, A, 2002, “Audit Committee, Board of Director Characteristic and Earnings Management,” Journal Accounting and Economics, 33 : 375-400.

Mahmudi, 2001, Manajemen Laba (Earnings Management) : Sebuah Tinjauan Etika Akuntansi, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 3, No. 2, Agustus 2001.

Mangku, I Ketut, 2002, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earnings Ratio Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta,” Janavisi Vol. 5 No. 2.

Mardhiana, Lina, 2006, Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Market Value Terhadap Return Saham. Skripsi-UNDIP (tidak dipublikasikan).

Meutia, Inten, 2004, Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7, No. 3. September 2004

Nuswantara, Dian Anita, 2004, The Effect of Market Share and Leverage Interaction Toward Earnings Management Practices. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi, Desember 2004, Denpasar.

Putri, Imanda, Firmantyas, 2006, “Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Resiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Deviden dalam Perspektif Teori Keagenan,” Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX, Agustus 2006, Padang.

Siallagon, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud, 2006, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi, Agustus 2006. Padang.

Saiful, 2004, Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan Kinerja Operasi dan Kinerja Return Saham di Sekitar IPO, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7, NO. 3, 2004.

Salno, Hanna Meilani dan Zaki Baridwan, 2000, “Analisis Peralatan Penghasilan (Income Smoothing) : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia,” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Januari, Vol. 3 No. 1.

Sandra, Dessy dan Indra Wijaya Kusuma, 2004, Reaksi Pasar Terhadap Perataan Laba dan Kualitas Auditor dan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi, Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember 2004, Denpasar.

Scott, R. William, 2000, Financial Accounting Theory, 2nd Edition, Prentice Hall Canada Inc, Ontario.

Siregar dan Utama, 2005, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management),” Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005, Solo.

Surifah, 2001, Study Tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia. JAAI Vol. 5 No. 1, Juni 2001.

Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, 2006, Penerapan Good Corporate Governance, LKPMK Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Swandari, Fifi, 2004, “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Tingkat Risiko Bank Umum di Indonesia Sebelum Krisis Keuangan,” Kompetensi Vol. 2 No.2.

Syakhroza, Akhmad, 2003, Teori Corporate Governance, Usahawan No. 08 Th. XXXII Agustus 2003.

Tri Gunarsih, 2003, Struktur Kepemilikan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance, KOMPAK, No. 08 Mei – Agustus 2003.

Wedari, Linda Kusumaning, 2004, Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember 2004, Denpasar.

Widyaningdyah, Agnes Utari, 2001, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Earnings Manajement Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 3 No. 2, November 2001.

1 Comments

Previous Post Next Post

Download